INDONESIAUPDATE.ID – Pengendalian wabah kian membaik. Terhitung sejak puncak pandemi, dalam kurun 15 Juli hingga 14 September 2021, angka positif baru Covid-19 sudah turun 92,7%.
Berbagai indikator pandemi sudah membaik, termasuk positivity ratesudah di bawah 3% dan bed occupancy ratio (BOR) rumah sakit sudah di bawah 15%.
Tentu itu menjadi kabar yang menggembirakan. Harapannya, keberhasilan mengendalikan pandemi yang signifikan menjadi modal bagi pemulihan ekonomi Indonesia.
Keberhasilan pengendalian itu juga menjadi perhatian Presiden Joko Widodo. “Alhamdulillah, kasus Covid-19 terus menunjukkan tren penurunan. Kita sangat optimis, tetapi kita juga tetap harus selalu waspada. Sebagai negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia, Indonesia tidak masuk dalam 10 besar jumlah kasus tertinggi di dunia,” ujar Presiden Jokowi, dalam acara UOB Economic Outlook 2022 “Empowering the Indonesian Economy for Stronger Recovery”, Rabu (15/9/2021), yang digelar secara virtual, seperti dikutip dari laman Setkab.go.id.
Presiden optimistis, setelah bertumbuh 7,07 persen pada kuartal kedua 2021, ekonomi Indonesia akan terus melaju di kuartal ketiga 2021. Meski tidak setinggi kuartal kedua, demikian kata Presiden Jokowi, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal ketiga 2021 bisa mencapai 4%, plus minus satu persen.
Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia sempat tertahan pada satu setengah kuartal pertama 2021, Juli hingga pertengahan Agustus, kemudian kembali meningkat seiring dengan pelonggaran pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Sejak pekan kedua September 2021, seluruh provinsi di Indonesia beralih dari PPKM level empat ke PPKM level tiga.
Presiden Jokowi mengakui rem yang diinjak pemerintah lewat PPKM Darurat untuk mengendalikan pandemi sejak 3 Juli hingga akhir Juli 2021 cukup dalam. Namun tanpa langkah itu, angka positif harian yang sempat mencapai 56.757, pada 15 Juli 2021, bisa terus meroket.
Tanpa PPKM, demikian Presiden Jokowi mengutip perkiraan para epidemolog, kasus harian bisa menembus 150.000 awal September dan selanjutnya bakal melampaui level 400.000. “Saya dikelilingi para ahli. Semua kebijakan pemerintah untuk mengendalikan pandemi, kami gunakan ahli,” ungkap Presiden Jokowi.
Lewat penerapan PPKM, angka positif harian turun drastis dalam tempo dua bulan. Pada 14 September 2021, kasus harian tinggal 4.128 dan pada 15 September, angka positif baru 3.948 dengan jumlah testing di atas 150.000 per hari.
Kunci Pemulihan
Pengendalian pandemi adalah kunci pemulihan ekonomi. Oleh karena itu, tren penurunan ini perlu dipertahankan oleh seluruh lapisan masyarakat, antara lain, dengan penerapan ketat protokol kesehatan (prokes).
Setiap warga harus disiplin menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Meski vaksinasi mengalami akselerasi, pola hidup warga yang disiplin menjalankan prokes adalah kunci.
Di sejumlah negara, kasus pandemi yang sudah turun, dalam sekejap kembali meroket. AS, misalnya, sudah memasuki gelombang keempat meski di negara itu vaksinasi sudah di atas 60%. Sebagian warga bahkan sudah disuntikkan vaksin ketiga.
Negeri Paman Sam itu memiliki sejumlah perusahaan farmasi produsen vaksin seperti Pfizer, Moderna, dan Johnson & Johnson. Tapi, penularan Covid-19 masih terjadi.
Sebagai negara kepulauan, kata Presiden Jokowi, Indonesia tidak cukup menjaga ketat bandara dan pelabuhan besar. Warga Indonesia perantau bahkan juga orang asing, bisa masuk ke Indonesia lewat pelabuhan kecil.
“Ada sekitar 1.200 pelabuhan kecil yang sedang kita perketat pengawasannya. Meski sulit, tapi harus kita kendalikan agar tidak terjadi lagi gelombang baru pandemi,” papar Presiden Jokowi.
Hingga 15 September 2021, sudah 75,1 juta orang atau 36,1 persen yang menerima dosis pertama dan 43 juta orang atau 20,6 persen yang sudah menerima vaksin kedua.
Hingga 15 September 2021, vaksinasi setiap hari umumnya di bawah 1,2 juta. Pada Rabu (15/09/2021), vaksinasi mencapai 1,280 juta per hari, di antaranya 397.309 vaksin kedua. Stok vaksin, bulk dan botolan, saat ini mencapai 125,6 juta.
Berbagai indikator ekonomi, kata Presiden Jokowi, juga menunjukkan perbaikan. Kepala Negara lantas menyebut Purchasing Manager Index (PMI) dan Indeks Penjualan Ritel yang kembali membaik.
Indeks Kepercayaan terhadap Pemerintah yang sempat turun ke level 109,9, kini naik ke 115,6. Indeks Kepercayaan Perbaikan Ekonomi Nasional naik dari 108,7 ke 118,6. Sementara itu Indeks Kepercayaan Stabilitas Harga meningkat dari 97,6 ke 113,1.
Selain pengendalian pandemi, pemerintah terus memberikan stimulus untuk menaikkan daya beli masyarakat menengah bawah dan menggerakkan kegiatan dunia usaha, terutama usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Pada 2021, dana pemulihan ekonomi nasional (PEN) mencapai Rp744,8 triliun, meningkat dari realisasi PEN sebesar Rp575,8 triliun pada 2020. Dana PEN akan ditambahkan pemerintah jika kondisi ekonomi membutuhkan tambahan stimulus.
Presiden Jokowi pun menekankan para kepala daerah agar mempercepat belanja anggaran negara, baik dana APBD maupun dana PEN. “Hingga September 2021, realisasi anggaran oleh pemda masih kurang dari 50%, bahkan ada yang di bawah 40%,” ujar Presiden Jokowi.
Meski masih dalam kondisi pandemi, demikian ujar Presiden Jokowi, pemerintah terus melakukan transformasi, yakni hilirisasi, digitalisasi UMKM, dan ekonomi hijau serta pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT). Hilirisasi yang menonjol adalah pabrik pengolahan nikel, bauksit, tembaga, dan sawit. Digitalisasi UMKM sudah melibatkan 15,5 juta pelaku. Sedangkan untuk ekonomi hijau dan EBT, pemerintah mulai membangun green industrial park.
Harus diakui, ekonomi nasional terus menunjukkan tren yang membaik. Indikator itu terlihat dari sejumlah variabel, di antaranya, data neraca perdagangan Agustus yang membukukan surplus USD4,74 miliar.
Merujuk data BPS, kinerja neraca perdagangan periode Agustus itu merupakan surplus yang dicapai selama 16 bulan berturut-turut. Yang menarik, ekspor Agustus merupakan rekor tertinggi ekspor bulanan, dengan nilai USD21,42 miliar.
Artinya, dibanding Agustus 2020 (year on year/yoy), terjadi kenaikan pesat hingga 64,10%. Dari data Badan Pusat Statistik tersebut terungkap pula bahwa impor bahan baku dan penolong melonjak 59,59 persen (yoy) menjadi USD12,38 miliar. Sektor itu berkontribusi hingga 74,2 persen terhadap total impor.
Meningkatnya nilai impor bahan baku/penolong menggambarkan permintaan industri cukup bagus. Begitu juga cadangan devisa (cadev) Indonesia hingga akhir Agustus 2021 yang menyentuh rekor tertinggi dalam sejarah, sebesar USD144,8 miliar. Dari jumlah itu, tambahan special drawing rights (SDR) sebesar 4,46 miliar SDR atau setara dengan USD6,31 miliar berasal dari Dana Moneter Internasional (IMF).
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Bank Indonesia juga menyatakan, defisit transaksi berjalan pada kuartal II-2021 diprediksi tetap rendah, ditopang kinerja ekspor yang tinggi sejalan dengan kenaikan permintaan global dan harga komoditas dunia.
Inflasi terjaga rendah. Pada Agustus 2021, laju inflasi tercatat 0,03 persen, terendah sepanjang tahun ini. Sedangkan tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Agustus) 2021 sebesar 0,84 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Agustus 2021 terhadap Agustus 2020) sebesar 1,59 persen.
Tren yang sama juga dari indikator indeks manufaktur yang dirilis Purchasing Manager’s Index (PMI). Indeks pada Agustus, meski belum menunjukkan ekspansi, angkanya naik ke 43,7 dari posisi 40,1 pada Juli.
Begitu juga dengan indeks penjualan riil berada di posisi tinggi, yakni 196,5 per Agustus. Kondisi likuiditas tetap longgar didorong kebijakan moneter yang akomodatif dan dampak sinergi Bank Indonesia dengan pemerintah dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional.
Dari sajian data di atas, potret perekonomian Indonesia tentu sangat mengembirakan. Harapan bersama agar terus berlanjut di kuartal berikutnya.