INDONESIAUPDATE.ID – Pertanian menjadi salah satu sektor andalan provnsi Nusa Tenggara Barat, terlebih di tengah pandemi seperti sekarang. Dukungan dan peran para pemangku kepentingan di sana membuat sektor pertanian di sana cukup pesat dari sisi pertumbuhan.
Berlatar hal tersebut, Kementerian Pertanian dan instansi terkait sejak beberapa waktu lalu intens melaksanakan program penguatan kapasitas SDM bagi para petani setempat. Nama programnya adalah Sekolah Lapang Daerah Irigasi yang merupakan item dari Program Integrated Participatory Development and Management of Irrigation Project (IPDMIP).
Salah satunya Sekolah Lapang Daerah Irigasi (SL DI) Kelompok Tani Carigala di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Tepatnya Daerah Irigasi Diwu Sadundu Kecamatan Langgudu, Desa Rupe. “Total pesertanya 20 orang. Ini pertemuan keenam sejak penyelenggaraan pertama kali dilaksanakan. Mereka sangat antusias mengikuti programnya,” ujar narasumber SL DI, Abdul Haris melalui keterangan tertulisnya, Selasa (5/9).
Haris mengatakan untuk komoditas yang ditanam para peserta adalah kacang tanah varietas kancil. “Untuk materi difokuskan mengenai waktu dan teknik pengairan. Kemudian selanjutnya terkait pengendalian hama pada kacang tanah,” jelasnya.
Dia mengaku program SL DI yang notabene bagian dari IPDMIP, sangat bermanfaat bagi para petani. IPDMIP membuat kualitas dan kompetensi mereka menjadi meningkat dari sebelumnya.
“Skill para petani ter-upgrade. Saya pikir ini langkah yang amat bagus dari Kementerian Pertanian dan jajarannya. Ketika SDM petani meningkat, tentu akan berkorelasi dengan meningkatnya kesejahteraan mereka. Panen kedepan tentu makin optimal dan meningkat,” jelas Haris.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengatakan IPDMIP harus berperan dalam mendorong transformasi sistem pertanian tradisional menjadi modern. Transformasi ini dilakukan melalui peningkatan kapasitas SDM pertanian.
“IPDMIP harus berperan mendorong proses transformasi dari sistem pertanian tradisional menjadi modern. Untuk itu, SDM-nya harus digarap lebih dahulu. Mereka adalah petani, penyuluh, petani milenial melalui pelatihan,” kata Dedi Nursyamsi dalam keterangan tertulisnya.
Sistem pertanian tradisional, katanya, dicirikan oleh produktivitas yang rendah, penggunaan varietas lokal, dikerjakan secara manual atau dengan bantuan tenaga ternak. Sistem pertanian ini belum memanfaatkan mekanisasi pertanian serta teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
“Pertanian modern dicirikan masifnya varietas berdaya hasil tinggi, menerapkan mekanisasi dan pemanfaatan teknologi era industri 4.0,” kata Dedi Nursyamsi yang hadir didampingi Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian (Pusluhtan) Leli Nuryati selaku Direktur National Project Implementation Unit (NPIU) IPDMIP.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan) Dedi Nursyamsi mengingatkan, IPDMIP harus melaksanakan kegiatan-kegiatan yang memberikan dampak output dan outcome signifikan di lahan-lahan pertanian beririgasi. IPDMIP dapat berperan melalui kegiatan Training of Trainer (TOT), Training of Facilitator (TOF), Bimbingan Teknis (Bimtek) bagi Komando Strategis Pembangunan Pertanian (KostraTani) di tingkat provinsi (Kostrawil) dan kabupaten (Kostrada).
Dedi Nursyamsi mengharapkan NPIU dari IPDMIP dalam bekerja mencontoh tim sepak bola yang mengutamakan kerjasama tim, kemampuan individu sehingga dapat menerjemahkan dan melaksanakan arahan pimpinan.
“Tim NPIU juga harus melakukan akselerasi semua kegiatan melalui proses yang cepat, sistematis dan taktis,” pungkasnya. (ez)