Oleh: Guruh Ramdani*)
Dua tahun lebih lamanya masyarakat dunia dihantam badai pandemik Covid 19, belum selesai dengan badai pertama, lalu muncul varian Delta, dan gelombang yang ketiga muncul varian Omicron. Jumlah kasus yang terpapar pun saat ini sedang tinggi. Satgas Covid-19 mengumumkan total kasus positif Covid-19 di Indonesia per 10 Februari 2022 adalah 4.667.554.
Pandemik ini menimbulkan dampak kerugian yang luar biasa besar bagi masyarakat, mulai dari kehilangan orang-orang tercinta, pendapatan yang menurun drastis karena kegiatan ekonomi macet, hingga memunculkan banyak PHK. Masyarakat yang beberapa waktu lalu sudah merasa lega karena kasus menurun dan mulai beraktifitas secara normal, saat ini harus menahan diri lagi untuk tidak beraktivitas di luar rumah.
Situasi tersebut juga menimbulkan dampak stress bagi masyarakat akibat dari berita yang berseliweran di berbagai media, serta suara sirine yang terus-menerus terdengar di jalanan, sehingga berpotensi menurunkan imunitas tubuh. Masyarakat pun banyak yang membutuhkan pelarian yang positif untuk mengalihkan pikiran dari ketakutan-ketakutan. Salah satu pelariannya adalah dengan menyalurkan hobi, belajar hal-hal yang baru, atau meng-upgrade kemampuan sesuai dengan passion-nya. Hal ini menjadi peluang bagi mereka yang punya keahlian yang berbasis hobi untuk menambah penghasilan di tengah situasi yang sulit seperti ini, dengan membuka belajar secara online, seperti kursus menulis, melukis, membuat desain, animasi, bercocok tanam, fotografi, dan lain sebagainya. Kelebihan dari belajar secara online adalah tidak membutuhkan biaya selain pulsa dan komputer/laptop yang terhubung ke internet, tidak terbatas oleh jarak, bisa dilakukan di mana saja dan dari mana saja.
Untuk membuka belajar atau kursus online tidaklah sulit. Langkah yang pertama adalah kita harus punya akun media sosial, lebih banyak flatform media sosial yang dimiliki akan lebih tersebar informasinya. Kita bisa menggunakan promosi berbayar di medsos atau yang gratisan menggunakan akun pribadi. Kita pun harus mengenali kelebihan dan kekurangan setiap media sosial, karena dari situ akan terekspresikan sasaran pasarnya atau kecenderungan audiensnya.
Tahap kedua adalah kita harus fokus melakukan personal branding dengan cara memposting tulisan, karya, atau hal-hal yang berkaitan dengan keahlian spesifik yang kita miliki di setiap media sosial, sehingga jaringan pertemanan kita pun tahu keahlian kita. Jika seorang desainer harus sering memposting karya desain, seorang illustrator memposting karya ilustrasi, seorang penulis sering memposting tulisan yang menarik, dan seterusnya.
Tahap ketiga adalah tahap eksekusi, yaitu saat kita memposting iklan belajar dengan bahasa yang jelas dan lugas, yang isinya terdiri atas (a), apa sasaran kompetensi yang akan dicapai oleh peserta, (b) kapan waktu belajarnya, (c) jumlah jam belajar pada setiap pertemuannya, (c) jumlah pertemuan belajarnya, (d) peralatan apa saja yang harus dipersiapkan oleh para peserta, (e) usia minimal pendaftar berapa, (f) sebutkan level belajarnya: pemula, menengah, atau lanjut? (g) cantumkan dengan jelas biayanya, (h) cantumkan rekening Bank untuk mentransfer biaya pendaftaran, (i) cantumkan (f) cantumkan nomor telp./ WA yang bisa dihubungi untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap, dan mengkonfirmasi bukti pembayaran peserta. Sebagai catatan soal biaya, berapa pun biayanya tidak ada patokannya, harga berapa pun selama masuk akal aka nada pangsa pasarnya, yang terpenting sesuai target marketnya, apakah menengah ke bawah atau menegah ke atas, tentu cara mengkomunikasikannya pun berbeda pada setiap segmen.
Tahap keempat adalah menyiapkan platform pembelajarannya, biasanya melalui WA Grup untuk berkoordinasi, dan Zoom atau GMeet untuk pertemuan saat belajarnya.
Saat ada calon peserta yang bertanya melalui medsos maupun melalui WA, harus direspon secara cepat, demikian juga saat ada peserta yang sudah membayar maka harus segera dimasukan ke dalam grup, karena para pendaftar berasal dari tempat antah berantah, dan mereka membutuhkan keyakinan bahwa kita bisa dipercaya. Dengan dimasukkannya ke dalam grup akan membuat peserta menjadi tenang dan yakin bahwa ini bukan penipuan.
Walau punya kelebihan tidak dibatasi oleh ruang, namun belajar secara online mempunyai keterbatasan tertentu dibandingkan dengan belajar secara tatap muka. Maka sebelum masuk dimulai, sebaiknya dipikirkan sebaik-baiknya metode pembelajaran yang paling efektif sesuai dengan karakteristik ilmu yang akan diberikan, apakah cukup dipresentasikan menggunakan software, apakah harus menyiapkan video, apakah peserta dan pengajar bersama-sama memegang alat supaya persepsinya sama, dan lain sebagainya, supaya hasilnya bisa sesuai sasaran kompetensi.
Pembelajaran secara online ini pun harus dikelola supaya keberlangsungannya terjaga. Kita tidak bisa diam saja saat sudah berjalan dan berharap secara otomatis peserta akan banyak peminatnya. Cara mengelolanya diantaranya adalah dengan terus aktif memposting karya-karya kita yang terbaik berkaitan dengan materi pembelajaran. Dari situ biasanya akan muncul respon an minat dari audiens untuk belajar, dan penyelenggara harus melakukan pendataan bagi yang berminat ke dalam sebuah file di database dan saat diumumkan pembukaan belajar di gelombang berikutnya, tinggal menghubungi yang bersangkutan. Karena yang demikian itu adalah calon peserta yang potensial, dan 50% kemungkinannya akan ikut. Cara lainnya adalah dengan meposting hal-hal yang menarik seputar kursus yang sedang berjalan, misalnya jika kursus melukis, karya para peserta yang bagus-bagus diposting di media sosial kita, atau jika kursus menulis, testimoni peserta atau alumni yang tulisannya sudah dimuat juga diposting. Sehingga menjadi daya tarik bagi calon peserta baru supaya mau mendaftar.
Selanjutnya jika penyelenggara belajar secara online ini sudah punya kredibilitas atau tinggi kepercayaannya di mata masyarakat, dan banyak alumni yang merasakan manfaatnya, maka, biasanya akan tersebar informasinya dari jejaring para alumni yang menginformasikan kepada teman-temannya.
Ada hal-hal yang harus dihindari jika kita hendak menyelenggarakan belajar online ini, adalah jangan suka memposting sesuatu yang menyinggung atau menyerang pihak lain, atau menulis sesuatu dengan “nyinyir,” karena mengekspresikan ketidakprofesionalan dan mengekspresikan bahwa kita tidak fokus terhadap sasaran. Kita juga jangan terlibat dalam perdebatan politik dan SARA, karena bisa saja calon peserta kita berada di kubu mana pun.
*)Penulis adalah Dosen Prodi Komunikasi, Sekolah Vokasi, IPB, Pelukis dan Pegiat media sosial.