Oleh: Towaf T. Irawan*
INDONESIAUPDATE.ID – Sebagai negara yang belum lama merdeka dibandingkan Indonesia, Vietnam telah menunjukkan terobosan, yaitu memasuki era ekonomi baru. Era ini adalah era yang meninggalkan kegiatan ekonomi yang bernilai tambah rendah, industri berbasis teknologi rendah, dan mengandalkan tenaga kerja masif (labor intensive).
Mimpi Vietnam adalah ingin menjadi salah satu negera produsen semikonduktor terbesar di dunia. Negara ini telah menyiapkan puluhan ribu lulusan untuk mengisi tenaga ahli di bidang elektronika dengan melibatkan sepenuhnya dari kalangan generasi Z. Melalui dukungan investasi yang besar dari negera AS, Vietnam telah siap menyongsong masa depan ekonomi baru.
Situasi ini tentu menjadi salah satu ancaman bagi Indonesia. Kenapa demikian? Dari aspek perdagangan internasional saja, Indonesia harus bersusah payah untuk mengimbangi akselerasi Vietnam.
Terus terang saja, Vietnam telah mengalahkan Indonesia dalam perdagangan tekstil dan produk tekstil (TPT) di pasar Eropa. Negara ini lebih agresif melobi pasar Eropa untuk produk TPT, sehingga mendapatkan perlakukan khusus dengan bea masuk yang rendah. Sementara Indonesia kesulitan bersaing masuk pasar Eropa karena terkena bea masuk cukup besar.
Untuk produk yang sama, Vietnam juga lebih unggul di pasar Indonesia. Keunggulan ini karena faktor efisiensi energi, inovasi, produktivitas tenaga kerja, dan kapabilitas logisitik yang dimilikinya.
Vietnam menerapkam 48 jam kerja per minggu, tarif listrik per Kwh sekitar 7 US sen, harga gas sebesar 7,5 US dollar per MMBTU, biaya terminal handling charge sekitar 46 US dollar untuk 22 feet, dan 69 US dollar untuk 40 feet. Data ini bisa dibandingkan dengan kondisi di Indonesia, yang pasti biaya lebih mahal Indonesia. Makanya, banyak investor lebih tertarik berinvestasi di Vietnam.
Memasuk era ekonomi baru, Vietman berkeinginan agar memiliki struktur generasi Z yang kuat secara sains dan teknologi. Perkembangan teknologi yang menghasilkan ekosistem ekonomi digital yang kuat dengan dukungan infrastruktur industri semikonduktor yang maju, hal ini memberikan insentif pendapatan berlipat bagi generai Z. Karena disadari bahwa generasi inilah nanti yang akan menggantikan generasi sekarang dalam pembangunan ekonomi Vietnam.
Pendapatan yang berlipat dengan kehadiran industri semikonduktor ini, menyebabkan generasi Z memiliki masa depan yang lebih terjamin dan sejahtera. Karena mereka akan dapat membangun rumah yang tangga yang kuat dengan dukungan finansial yang mapan, sehingga mampu membeli rumah, memberikan jaminan pendidikan lebih baik bagi anaknya, kesehatan keluarga lebih terjamin, dan mampu memberikan kehidupan rekreatif yang lebih menjanjikan.
Berkaca pada Vietnam, memasuki era ekonomi baru sudah menjadi keniscayaan, karena memberikan nilai tambah tinggi, meningkatkan produk domestik bruto (PDB), meningkatkan pajak, dan mempercepat pembangunan ekonomi, serta mendukung percepatan perwujudan kesejahtaraan masyarakat.
Melalui ekonomi baru, Vietnam sepertinya ingin meninggalkan rezim upah murah untuk kalangan generasi Z. Bisa dibayangkan jika Vietnam tetap mengandalkan upah murah untuk generasi Z, dengan berbasis pada industri sepatu, tas kulit, dan TPT, maka dipastikan generasi Z nasibnya akan sama dengan generasi sebelumnya, yaitu banyak keterbatasan untuk memenuhi kebutuhan standar hidupnya seperti papan, sandang, pangan, pendidikan dan kesehatan.
Kondisi Indonesia
Tingkat IPM Indonesia 2023 adalah 74,39, atau meningkat 0,84% dibandingkan tahun sebelumnya. Tingkat IPM sebesar itu sudah masuk katagori tinggi. Kenaikan ini didukung oleh kontribusi beberapa indikator seperti rata-rata usia hidup, harapan sekolah, dan tingkat pendapatan.
Rata-rata usia hidup yang tinggi mengindikasikan pelayanan kesehatan makin membaik. Harapan sekolah yang tinggi mengindikasikan kesempatan pendidikan bagi usia sekolah makin membaik, dan rata-rata pendapatan yang membaik mengindikasikan masyarakat telah memperoleh upah yang makin memadai.
Namun demikian, IPM tersebut merupakan angka rata-rata nasional. Apabila dilakukan elaborasi pada tingkat provinsi, maka masih banyak IPM di bawah 60, bahkan di bahwa 50, terutama di provinsi wilayah timur Indonesia. Artinya, masih banyak saudara-saudara kita yang IPM-nya masih dibawah standar, yang berarti harapan sekolah, harapan hidup, dan tingkat pendapatan yang lebih baik masih harus diperjuangkan.
Ekonomi baru selalu diindikasikan dengan sains dan teknologi yang kuat dengan digitalisasi yang masif. Perkembangan ekonomi digital Indonesia dapat dilihat dari kontribusinya terhadap PDB, dengan nilai kontribusi saat ini diperkirakan mencapai 7,6%-8,7%. Namun kontribusi ini masih didominasi oleh jasa dan konsumsi. Aspek digitalisasi akan semakin kuat jika mendukung bekerjanya sektor industri pengolahan yang memberikan nilai tambah tinggi.
Pemerintah telah menyiapkan berbagai strategi yang mendukung terwujudnya ekonomi bernilai tambah tinggi, yaitu dengan program hilirisasi sumber daya alam, mendorong kewirausahaan, membangun inkubasi bisnis, penguatan kapasitas layanan usaha, penciptaan peluang usaha dan start up, serta mendorong terwujudnya industri berbasis teknologi dan modal secara luas. Program ini cukup berhasil dengan purchasing manager index (PMI) Indonesia 2023 mencapai 51,7. PMI merupakan indeks gabungan dari lima indikator utama yang terdiri dari pesanan, tingkat persediaan, produksi, pengiriman, dan tenaga kerja. PMI di atas 50 berarti bisnis sedang ekspansi, di bawah 50 bisnis sedang kontraksi.
Ekonomi baru
Indonesia harus segera memasuki era ekonomi baru sehingga mendukung terwujudnya pendapatan masyarakat menengah atas, dan terhindar dari jebakan pendapatan menengah bawah. Kunci untuk memasuki ekonomi baru, pemerintah perlu melakukan beberapa terobosan seperti pertama, fokus pada industri yang ingin dikembangkan. Pada konteks rantai pasok dunia, Indonesia belum memiliki road map yang jelas, karena sifatnya masih reaktif pada pasar.
Pada pengembangan industri nasional, pemerintah harus mempertimbangkan berbagai aspek, yaitu ketersediaan bahan baku, kualitas bahan baku, kesiapan teknologi, kesiapan modal, sumber daya manusia, pasar nasional dan internasional, persaingan dan keunggulan berkelanjutan. Jangan sampai Indonesia hanya sebagai tempat investasi, nilai tambah dan nilai ekonominya diboyong ke negera lain.
Kedua, fokus pada pengembangan dan penajaman kurikulum pendiidikan. Pemerintah wajib untuk mengarahkan kurikulum pendidikan yang akrab dengan perkembangan teknologi, terutama pendidikan yang fokus pada stastistik, teknik, enginering dan matematik (STEM). Pendidikan yang mangarah pada humaniora, seperti ekonomi dan bisnis, muatan kurikulumnya juga wajib akrab dengan perkembangan teknologi digital.
Ketiga, fokus pada kesiapan generasi Z. Penyiapan generasi Z untuk menyambut ekonomi baru wajib mendapatkan prioritas utama. Mengapa generasi Z? Generasi Z di Indonesia merupakan bagian dari bonus demografi yang lekat dan mudah beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Generasi ini pada saat ini berusia antara 12 tahun hingga 27. Jika dihubungkan dengan target Indonesia Emas 2025, maka usia mereka pada saat itu sekitar 33 tahun hingga 48 tahun.
Pada rentang usia tersebut, umumnya merupakan usia produktif tinggi yang banyak mendukung kreativitas dan inovasi bagi pengembangan industri.
Apabila pemerintah mampu memadukan semua aspek dari pemfokusan industri, penguatan subtansi kurikulum, dan penyiapan generasi Z yang akrab teknologi, maka pemerintah tinggal menyiapkan rantai pasok yang menghubungkan jalur melalui industri kecil, menengah dan besar, serta pasar nasional dan internasional.
Pemerintah harus segera melakukan tindakan progresif untuk menyongsong ekonomi baru yang bernilai tambah tinggi. Jika terlambat sedikit saja maka kita hanya akan menjadi penonton di negara sendiri.
*Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pakuan, Bogor